Yadnya Kasada adalah upacara melabuh sesaji ke kawah Bromo oleh suku Tengger sebagai persembahan kepada Dewa Brahma yang bersemayam di Gunung Bromo.
Puncak Upacara Yadnya Kasada digelar tepat pada saat bulan purnama menerangi kawah Bromo. Sebelum ke kawah Bromo masyarakat menggelar doa-doa di Pura luhur Poten yang berada di kaki Gunung Bromo dan merupakan tempat persembahyangan umat Hindu Tengger dan bangunan satu-satunya yang ada di kaldera Bromo. Setelah melakukan ritual dan doa-doa yang di pimpin oleh seorang Pandita kemudian berjalan kaki menuju ke puncak kawah Bromo.
Sesampainya di puncak Gunung Bromo atau di pinggir kawah, seluruh sesaji di taruh di pinggir kawah kemudian ditancapkan dupa dan dinyalakan, Sang Pandita kembali melantunkan doa-doa memohon kemakmuran, keberkahan dan keselamatan kepada Dewa Brahma. setelah itu barulah melarung sesaji atau persembahan ke kawah Bromo.
Sesaji yang dibawa dengan ongkek berisi mulai dari makanan, hasil bumi pertanian hingga hewan ternak seperti ayam dan kambing dilarung kedalam kawah Bromo yang dipersembahkan kepada Dewa Brahma, menurut kepercayaan umat Hindu Tengger Dewa Brahma bersemayam di Gunung Bromo.
Sesaji yang dilarung ke dalam kawah Bromo ada juga yang diperebutkan oleh puluhan orang usai Sang Pandita selesai melantunkan doa, mereka turun ke lereng kawah yang labil, bertaruh nyawa untuk menangkap sesaji yang dilemparkan dari bibir kawah. Bahkan mereka telah menyiapkan jaring atau membentang terpal agar sesaji mudah di tangkap. Masyarakat yang mengikuti ritual ini bukan hanya dari sekitar Kabupaten Probolinggo saja, tapi ada yang dari Kabupaten Malang, Pasuruan dan Lumajang.
Upacara Yadnya Kasada ini oleh umat Hindu Tengger akan terus diadakan dan dilestarikan, apa pun kondisinya. Warga percaya bahwa ritual di kawah Gunung Bromo ini tetap harus dilakukan meski status gunung sedang waspada, erupsi, turun hujan deras maupun angin kencang. Bahkan pada saat pandemi pun tetap dilaksanakan walaupun dengan jumlah yang dibatasi. Sebelum Pandemi masyarakat Tengger tetap datang seminggu sebelum upacara puncak dilaksanakan.
Asal muasal Upacara Yadnya Kasada diadakan berkaitan dengan legenda masyarakat Suku Tengger yaitu Rara Anteng dan Jaka Seger yang dipercaya sebagai nenek moyang Suku Tengger dan meyakini adalah anak keturunan dari Rara Anteng dan Jaka Seger. Legenda ini dimulai ketika Rara Anteng dan Jaka Seger setelah menikah sampai sewindu usia perkawinan mereka belum di karuniahi keturunan.
Kemudian mereka berdua bertapa dan setelah enam tahun bertapa permohonan mereka akhirnya dikabulkan tetapi dengan syarat anak bungsu mereka harus dikorbankan sebagai tumbal ke kawah Bromo. Dari permohonan Rara Anteng dan Jaka Seger mereka dikaruniahi anak sebanyak 25 orang. Sampai pada waktunya tiba dengan ditandai bunyi gemuruh dari Gunung Bromo. Rara Anteng dan Jaka Seger tahu dan sadar inilah saatnya mereka harus menepati janji mereka.
Dikarenakan mereka masih belum rela anak bungsunya akan dijadikan tumbal ke kawah bromo, kemudian disembunyikan ke suatu tempat, namun karena letusan dari gunung Bromo sangat dahsyat sampai ke persembunyian anak mereka bahkan sampai tersedot masuk ke dalam kawah Bromo. Dari dalam kawah terdengar suara anak bungsu mereka yang mengatakan bahwasanya dia rela dipersembahkan sebagai tumbal agar orang tua dan saudara-saudaranya selamat dari bencana dan hidup rukun. Kemudian anak bungsu mereka berpesan agar setiap tahun pada hari ke-14 Bulan Kasada memberikan persembahan atau melarung sesaji ke kawah Bromo untuk kemakmuran dan keselamatan anak keturunan mereka nantinya.
Upacara Yadnya Kasada Bromo
4.9 (99.85%)
2313 votes
COMMENTS